Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2014

Kamisan #13 IKAN KOI~ Hadiah Keberuntungan

Anak itu menurunkan tangannya sehingga menyentuh dasar aquarium. Tetapi ia tidak menemukan ikan kesayangannya di sela-sela rerumputan air. Ia angkat tangannya dan dengan mata memerah ia melihat ibunya masuk meletakkan bungkusan. “Ikanmu tidak akan kembali, Yud. Dia sudah mati dan papamu yang membuangnya.” “Tapi kenapa tidak bilang padaku dulu, Bu? Aku ingin melihat ikan itu.” “Sudahlah, Yud. Kau bukan anak TK lagi. Lihat keluar sana, di kolam ada ikan baru yang dibeli papamu.” Dengan berat hati. Anak lelaki itu melangkah, menyusuri lantai menuju ruang belakang. Di sudut halaman, sebuah kolam batu bercat hitam. Kolam yang baru sebulan lalu di isi air tanpa ada ikan di dalamnya. Entah kenapa papa anak itu enggan mengisinya, barangkali sebab anak itu terlalu sibuk dengan ikan di aquarium. Anak itu duduk berjongkok di depan kolam. “Papa jahat! Padahal aku lebih suka ikan itu dari apapun.” Ucapnya setengah berbisik dan memeluk lututnya kemudian menelungkupkan kepala di anta

Kamisan #12 HIRUK ~Pindah~

Mulai pekan ini, perempuan cantik itu pindah ke kontrakan lain di kawasan Kemuning. Ia baru saja menaruh kardus berisi pakaian, kipas angin kecil dan buku-buku tulisan. Perempuan itu terbatuk-batuk saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. “Mas Roji. Aku pikir siapa.” Perempuan itu membuka pintu. Lelaki itu masuk dan mengamati seisi rumah kontrakan. “Kau yakin mau tinggal di sini? Apa sebaiknya kau tidak cari kontrakan lain?” “Kenapa mas? Aku merasa tempat ini baik-baik saja.” “Tapi daerah ini sepi.” “Aku lebih suka sepi. Di kontrakan lama terlalu hiruk suasananya, Mas. Aku tidak suka.” “Apa ini untuk menghindariku juga?” lelaki itu duduk di atas tikar kecil. Memandangi wajah perempuan yang kerap hadir dalam ingatannya. “Mas Roji. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku juga tidak mau Nadia marah. Semuanya akan gaduh dan aku menjadi penyebab ketidaknyamanan di kantor kita.” “Jadi kau merasa sebagai penyebab keributan? Hentikan pikiran konyolmu. Nadia juga sudah dewasa,

Sastra Dalam Memoar~ Sebuah Review

The Other Side of Me Sejak umur belasan tahun ia menjadi kurir obat dan merasa pekerjaan itu adalah pekerjaan paling sempurna. Ia punya kesempatan mencuri obat tidur dalam jumlah cukup untuk bunuh diri. Ia dilanda depresi yang hebat, tersingkir dan tersesat. Ia adalah Shidney Sheldon. Lahir di Chicago. Anak pertama dari pasangan Natalie dan Otto. Sidney Sheldon (11 februari 1917 - 30 Januari 2007)   adalah pengarang Amerika yang memperoleh sejumlah penghargaan dalam tiga bidang karirnya. Ia penulis drama Broadway, pengarang skenario tv dan film Hollywood, serta novelis yang karyanya sangat laris. Karya-karyanya antara lain; The Merry Window, Jackpot, Alice in Arms, South of PanamaThe Bachelor and the Bobby-Soxer, Rich Young and Pretty, Dream Wife, The Patty Duke Show, Nancy dan puluhan novel lainnya. Shidney Sheldon mengemukakan ketertarikannya dalam dunia kepenulisan agar apa yang ia tulis dalam sebuah buku, pembaca tak akan melepaskan buku itu hingga selesai membacanya.

Kamisan #11 KEMATIAN ~ Senyuman Terakhir

Seseorang menyetel radio dari kamar sebelah. Suara yang perlahan samar tiba-tiba membuat bulu kudukku merinding. Ada tangisan yang kudengar selain suara radio tadi. Aku menyibak jendela dan melihat kumpulan orang-orang di sudut gang yang bersebelahan dengan kamar kontrakan. Aku bergegas keluar dan melihat mereka dari tempatku berdiri. Ketika seseorang yang ada di sana berbalik arah, aku segera menahan lengannya dan bertanya ada apa. Ia menunjukkan sikap yang sedih dan kulihat matanya tampak berkaca-kaca. “Mereka baru saja kehilangan anggota keluarga.” “Innalillahi.” Aku memandang seorang ibu yang tangisnya paling kencang di antara mereka. Tapi kenapa mereka juga belum pindah dari tepi jalan ini. Bukankah lebih baik mereka mengurus anggota keluarganya   hingga pemakaman dengan segera. Aku masih berdiri di sana hingga seorang lainnya menyentuh tanganku dengan dingin. “Kakak. Kau sedih melihat mereka?” seorang anak menarik ujung bajuku. Aku tersentak dari lamunan dan melihat i