Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2015

Kamisan #5 S3 : Batu Akik~ RASA BATU

Pada masa kedatangan Han ke rumah keluarga besarnya, Antari duduk di teras. Menyaksikan sekelompok lelaki  yang mengitari meja, tengah membicarakan batu-batuan yang dibawa dari pantai oleh Antari sendiri. Sementara itu ada Mulio, adik lelaki Han yang menyodorkan batu akik dari kotak keramatnya yang usang. Antari baru tiba di Kota itu setelah menempuh lima jam perjalanan dari pesisir laut. Ia turun dari bis dan menyewa tukang ojek yang cukup membuatnya kesal sebab terus-terusan memandang wajahnya. Antari juga memastikan bahwa Han akan datang ketika ia sudah ada di rumah keluarga besar lelaki yang ia cintai. “Han dalam perjalanan. Dia bilang kau bisa melakukan apa saja asal tidak membicarakan apapun kepada para tetangga.” Mulio bicara seperti itu, setelah menelpon Han. Mama Han urung melanjutkan rajutannya. Ia resah sebab kedatangan tamu seorang perempuan, tetapi meskipun begitu, Mama terus-terusan tersenyum dan mengajak Antari bicara. “Kau membawa keberuntungan, Ant

Kamisan #4 S3: Kembang Api

    Untuk yang kesekian kali, halaman penginapan yang luas dipakai oleh salah satu tamu penginapan, sepasang pengantin yang datang merayakan pernikahan mereka. Gadis pemilik penginapan itu memandang ke arah jalan, tangannya tengah membersihkan bangku dan ia melihat pohon-pohon akasia yang berdiri di sepanjang jalan meliuk-liuk saat angin berhembus. Dan dari atas bukit, burung-burung sikatan terbang lincah dan bertengger di dahan yang kecil. Cuaca tentu saja cerah sore itu. Petugas kebersihan sudah menyiapkan beberapa kantong dan pengamanan saat pesta kembang api nanti malam. pegawai penginapan juga sudah menyiapkan makanan tambahan jika tamu selain keluarga pengantin turut menikmati hidangan. Gadis itu sekali lagi mendesah saat melihat sepasang kekasih itu berpelukan mesra saat memasuki penginapan. Ia tidak menyadari kalau Han tengah memperhatikan apa yang ia lihat. Ia terkejut saat Han menepuk pundaknya dari belakang. “Kau melihat apa?” “Ng…tidak ada. Aku menyusun k

Cerpen: Red Velvet

Kata ibuku, aku dilahirkan untuk menjadi perempuan yang menyenangkan hati  siapa saja, terutama para pria. Perempuan yang menjadi pusat perhatian dan menghapus segala kerunyaman di kepala mereka. Tapi sejujurnya perkataan ibu membuatku mulas setiap kali berhadapan dengan para pria. Apalagi bagi mereka yang memiliki masalah ketidakstabilan emosi dan mereka yang jarang mandi pagi. Menurut ibu pula, aku digambarkan sebagai hidangan penutup yang mengakhiri kenikmatan citarasa, memiliki keunggulan serta harga yang membuat kantong mereka menganga. Tapi hal itu juga tidak kusetujui. Sebab aku ingin menjadi hidangan utama dan melekat selama-lamanya di lidah para pria. Aku masih saja memikirkan perkataan ibu, saat menaruh botol madu ke atas meja. Di meja itu pula, kuletakkan bunga lili dalam botol kaca dan beberapa tangkai kembang kertas berwarna kuning, merah dan ungu. Dalam nampan berwarna perak, kuletakkan dua potong kue Red Velvet dan segelas air yang dicampur madu. Mengenai p

Sajak-sajak Cikie Wahab

Terbit di Riau Pos. 1 Maret 2015 Lorong Menuju Alma Di kotaku ada lorong menuju Alma Tempat segala doa dalam perayaan Yang disinggahi para peneguh janji Mengikat cinta miliknya dalam ritual suci Seperti dunia yang menjadi pusat jagad raya  Alma umpama yang setia Orang-orang mengatakan ia surga yang renta Dan neraka yang memberi tanda pada pendatang Pada orang perorang Pada kuasa yang goyah Dan jalan-jalan yang tidak juga menunjuki arah                  Maka dimanakah sang pendusta? Yang kerap salah memberi nama Upaya menanam impian terbaik Janji dari kotak-kotak mimpi yang disimpan di laci Sebelum mereka tidur separuh hari. Alma adalah Alma Orang-orang tetap menuju ke arahnya Di antara dinding yang menjulang angkasa Lorong yang lebih sering gulita Oleh sumpah dan ciuman paksa Maka dua perkara ada di sana Pertama ; orang-orang yang datang meminta kebahagiaan Membawa sebutir telur yang pucat Seulas senyum yang dipoles hara