Setiap kali suasana kesedihan itu muncul, Budiman melihat perempuan bertudung biru berdiri di pintu dan bertanya, apa ada kiriman yang datang untuk seseorang bernama Mira dari seseorang bernama Santo. Budiman mendengarnya dan langsung mengobrak abrik daftar kiriman dan sebentar-sebentar mengecek ke gudang lalu muncul di hadapan perempuan itu dengan gelengan lemah tanpa rasa lelah sedikitpun. Budiman tahu itu akan membuat perempuan yang berdiri di depannya menjadi kecewa dan hal tersebut membuat Budiman semakin bersedih melihatnya. Kali ketiga kedatangan perempuan itu, membuat Budiman semakin memiliki perasaan erat akan kesedihan yang dibawa oleh perempuan bertudung biru. Budiman tidak tahu harus berkata apa selain memaksa bibirnya untuk terus tersenyum dan menyusuri bayang-bayang rambutnya dari balik tudung biru yang tipis. Tidak dihiraukannya panggilan Emilia, rekan sekerja yang duduk di sebelahnya, mengutuk-ngutuk orang-orang yang meminta pelayanan cepat di kantor pos pengiri
Penulis, Tukang gambar, Mama Kiran