Skip to main content

Sajak Kenangan



KELAK, SAAT KAU MENGINGATKU SAJA
 :AY
Kelak, ketika tak ada sapa menyapa
Aku menjadi roboh menjaga kata.
Kelak, ketika jarak tak lagi tampak
Aku adalah ruang yang lengang, ruang yang tak berpenghalang.
Tak kau dengar nyanyian bahkan lengkingan
Menumpahkan beban yang terajut bersama angan.
                Tubuhku ini serupa usia dibalut hurufhuruf  lama
                Tak menjelma kata
                Tak juga seperti kalimat
                Mengakar dalam resah.
Kelak, ketika kau tak bisa baca
Kau ingati aku saja.

                POTRET RUMAH

Aku mengirimimu potret rumah yang tampak rekah sebelah sisinya
Kau juka suka menatap lama dan mencongkel sedikit kenangan tentang dia.
Maka kita saling pandang saja
Bercerita kalau halaman kita tergerus rumput
Tergenang airmata dan lupa kita seka.
Akupun jadi gelisah ketika kau tak lagi merindui rumah
Tak juga tanahtanah kita, pun pernah buat aku, kau dan dia terlena
                “Sebenarnya aku hanya menunggu waktu, yang nanti
                Kupersembahkan untukmu.”
Kalimat itu mengucur deras dari tintamu, merantau sejauh hatiku yang galau.
Berkalikali menunggu batang pena itu patah
Menjadi rebah dan pasrah.
Bahwa nyata tak mampu kita ubah.
                Aku mengirimimu potret rumah yang dia singgahi dulu,
                Seperti rupa yang purapura tak mau kau sentuh.

 2011

Comments

Popular posts from this blog

Kamisan #1 Session 3: ~Memeluk Hujan yang Buruk ~

Ketika ia melihat ke jendela, lamunannya berhenti tapi tetap saja ia tidak mendengar ketukan pintu berkali-kali karena suara hujan yang deras. Tapi saat teleponnya berdering, ia sadar dan bergegas menuju pintu. Membukanya dan menemukan Paul dengan ekspresi sedikit kesal. “Kenapa lama sekali? Aku kedinginan.” Paul masuk dan mengibas jaketnya. Ia menaruh benda itu di gantungan baju. Perempuan itu tidak menjawab dan hanya memandangi hujan yang jatuh lewat pintu. “Kau kenapa? Sakit?” Tanya laki-laki itu lagi. Perempuan itu menggeleng. Hujan selalu memberikan pengharapan padanya. Ia mencoba mengingat kembali hujan yang paling buruk yang pernah ia alami. Lelaki itu duduk setelah mengganti baju dan menaruh kopi panas ke atas meja. Perempuan itu masih melamun dan duduk melihat  jendela, tempias air hujan menimbulkan bayang-bayang di kaca. “Sudah sore begini. Kau mau makan apa?” Tanya Paul. Perempuan itu menggeleng. Lalu berkata lagi Paul, “Katakan sesuatu. Kenapa kau diam saj...

11 BARANG PROMOSI YANG TEPAT MEMBANGUN BRAND

            “Gue lagi merintis usaha makanan kering,” “Oh ya? Bagus donk.” “Tapi gue butuh bantuan lo buat promosi. Gue bingung.” “Bikin strategi dulu aja.” “Gimana caranya?” Nah gimana? Gue  langsung ingat sesuatu.  Demi seorang sahabat yang lagi memulai usaha dan membangun Brand alias Merek, yakni simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya yang dipakai sebagai identitas suatu perorangan, gue mikir promosi yang tepat dan efektif itu seperti apa buat sahabat gue ini. Setiap manusia yang tengah merintis usaha dan membangun brand produknya pasti akan berhadapan dengan yang namanya pasar. Pasar dalam arti konsumen ini tentunya memiliki perbedaan baik dari jenis kelamin, umur, status sosial, hingga perbedaan tingkat kebutuhan masing-masing. Buat sahabat gue atau juga kalian yang telah menciptakan suatu produk entah itu makanan atau benda lainnya dan ingin mendulan...

Kamisan #13 IKAN KOI~ Hadiah Keberuntungan

Anak itu menurunkan tangannya sehingga menyentuh dasar aquarium. Tetapi ia tidak menemukan ikan kesayangannya di sela-sela rerumputan air. Ia angkat tangannya dan dengan mata memerah ia melihat ibunya masuk meletakkan bungkusan. “Ikanmu tidak akan kembali, Yud. Dia sudah mati dan papamu yang membuangnya.” “Tapi kenapa tidak bilang padaku dulu, Bu? Aku ingin melihat ikan itu.” “Sudahlah, Yud. Kau bukan anak TK lagi. Lihat keluar sana, di kolam ada ikan baru yang dibeli papamu.” Dengan berat hati. Anak lelaki itu melangkah, menyusuri lantai menuju ruang belakang. Di sudut halaman, sebuah kolam batu bercat hitam. Kolam yang baru sebulan lalu di isi air tanpa ada ikan di dalamnya. Entah kenapa papa anak itu enggan mengisinya, barangkali sebab anak itu terlalu sibuk dengan ikan di aquarium. Anak itu duduk berjongkok di depan kolam. “Papa jahat! Padahal aku lebih suka ikan itu dari apapun.” Ucapnya setengah berbisik dan memeluk lututnya kemudian menelungkupkan kepala di anta...