Membicarakan tampilan dinding dalam
foto-foto yang dibawa Maria, mengingatkan gadis penginapan pada Han. Selalu
saja seperti itu. Maria sangat ramah, meskipun ia tiba di penginapan dalam
rangka liburan dan persinggahan sementara.
Yara ingin sekali menyuruh Nana membujuk Ibu
agar membuat dinding di ruang utama seperti itu.
“Ini sangat keren, Nana. Ayolah kita
pasti bisa membuat beberapa bagian dinding seperti ini. Ah televisi lama seperti ini darimana kita mendapatkannya ya.” Yara menunjuki Nana
foto itu dan ia tersenyum-senyum. Maria muncul di pintu saat Yara berkata demikian.
“Itu
tidak mudah, Yara. Dan aku pikir Ibumu tidak akan menyetujuinya. Itu
hanya ada dalam pertunjukan kami di gedung kota.” Maria, yang terkenal sebagai
artis ibukota, duduk di salah satu kursi, tersenyum-senyum menatap raut wajah
Yara. Sementara Nana kembali ke dapur dan mengambil apa yang diminta oleh
Maria.
“Apa salahnya aku juga membuatnya,
Maria?” Tanya Yara.
“Tidak ada yang salah. Hanya saja kau
butuh banyak televisi. Kau juga harus merobohkan dinding dan menempelinya. Apa
Ibu akan mengizinkanmu melakukan hal itu? Aku tidak ingin kau membuatku bersalah
karena mengotori pikiranmu tentang foto-foto itu.”
Yara merungut. “Tapi aku kenal dengan
seorang arsitek, namanya Han. Apakah ini membutuhkan banyak biaya?”
Maria mendengus. Ia mengangkat bahu
dan pergi kembali ke kamarnya sambil menenteng segelas jus lemon yang dibawakan
Nana. Melihat itu, Yara semakin kesal dan menyalahkan Nana.
“Harusnya kau tidak usah memberi ia
minum.”
“Itu salah satu tugasku, Nona Yara.
Dan aku senang melakukannya untuk dapatkan foto cantiknya lagi.”
Yara mencibir dan membiarkan Nana
pergi dari hadapannya. Sepanjang malam itu, Gadis penginapan terus saja
memandangi foto-foto yang ada di genggamannya. Dan tiba-tiba saja ia punya ide,
ia melompat dari tempat tidurnya dan bergegas ke kamar Nana.
***
“Kau ini kenapa? Semenjak beberapa
bulan ini kau sangat aneh. Apa yang kau lakukan pada dindingku, Yara? Kau ingin
membuat pelanggan kita takut?!” Ibu berteriak marah keesokan paginya dan
beberapa tamu yang kebetulan lewat di ruangan itu menoleh. Gadis penginapan itu
menunduk. Ibu menyuruh petugas kebersihan menghapus cat yang di oleskan Yara ke
dinding dengan bentuk yang sangat berantakan.
Maria geleng-geleng kepala lalu tidak
ingin ikut campur. Ia ingin sekali memeluk Yara, tetapi gadis itu mungkin tidak
membutuhkannya. Toh beberapa jam lagi ia akan berangkat ke kota lain.
Sementara itu, Yara mulai sesenggukan
dan berharap Nana akan membantunya kali ini. Tapi Ibu tampaknya tidak bisa diam
dan terus mengoceh kesal. Yara akhirnya masuk ke kamar dan menangis. Ia ingin
sekali pergi dari penginapan dan menjauh dari ibu. Ia putuskan untuk membuang
keinginannya memiliki dinding seperti itu. Ternyata apa yang ia inginkan tidak
selalu yang Ibu harapkan. Yara melupakan foto-foto itu dan Yara pikir ia akan
benar-benar pergi sementara waktu.
Comments
Post a Comment