Pada
Pagi yang Sepi
Di
permulaan pagi
Di
jalan-jalan yang sebentar sepi
Bunyi
klakson mendadak mati
Aku
melihat reruntuhan wajah-wajah
Yang
menandakan malam panjang
Mereka
dan orang-orang yang melangkah
Terengah-engah
di selip doa menjelang cahaya
Meninggalkan
selimut dan biji semangka
dalam sebuah pot tak berwarna
aku
terkesima
bagaimana
mereka kuyup dan menggigil
melintas
di antara kota
merongrong
jalan yang patah
mengejar
jarum jam tak berdaya
tidak
ada yang mereka bawa dalam
bekal
makanan dan gossip murahan
mereka
hanya menunggu tetes hujan
melelapkan
mata yang penuh angan
sebentar
saja
agar
mimpi indah selalu datang
Doa
Aku
tidak punya cerita apapun
Saat
bulan sudah berganti rupa
dan
orang-orang merayakan pesta
jika
saja doa menjadi sempurna
di
malam yang kau timpakan senyum basah
tentu
akan jadi sungai
yang
mengalir sesukanya
pecah
ia di samudra
merindu
di bawah kantuk
pada
petang yang tenang
agar
kelak dapat kukisahkan ulang
sebuah
muasal peninggalan
pada
tubuhku
pada
sejarah masa lalu
Sebab Cinta Datang Tiba-tiba
Kau
memberi kecupan
dan
menebas rasa perih
pada
purnama yang menari tenang
di
bayang-bayang ketapang
aku
menenggelamkan rindu
yang
direfleksikan hujan
Di
luar, tak ada yang begitu parah
selain
kehilangan beraroma duka
rona
wajah yang membuncah
kusambut
kau tiba-tiba
berkali-kali
hati itu mati
berkali-kali
ia jatuh cinta lagi
Perihal
Janji I
Pertengahan
musim hujan
di
sudirman pukul sembilan
seorang
lelaki memapah percakapan
antara
dirinya dan dingin
yang
mengutuknya menjadi beku
entah
berapa jarak yang harus ia tempuh
kesialan
demi kesialan yang ia temukan
diam
beberapa waktu
Musim
terus berjalan
Hujan
tetap saja datang
Perihal
janji-janji pertemuan
Di
blok yang berhadapan dengan sebuah taman
lelaki
itu tak sanggup menengadah
pada
gulita awan
kerling
mata perawan yang engggan singgah
sunyi
seperti
kemarin
hening
menanti kecupan
lelaki
itu beranjak pulang
meninggalkan
jejak hujan yang kian dalam
di
genangan
di
kenangan yang berlarian
Perihal Janji II
Samar-samar
hujan meredam tangisan
yang
perempuan dendangkan
tersebab
ini bukan syair yang dikecup pelukan
ia
bernama sebuah tanya
diimpikan
jawaban yang muram
diingatan
adakah
pertemuan jadi sebuah alasan
yang
diagungkan orang dari masa depan
dirindukan masa lalu
dijaga
setiap waktu
berdetak
ia
bertemu
jarak yang selalu membuat jemu
barangkali
janji
bukan sesuatu yang pasti
di
sudirman
perempuan
itu enggan menepati
Pekanbaru. November 2013
Comments
Post a Comment