Seorang
perempuan mulai bercerita kepada saya tentang daftar orang-orang yang terjebak
dalam permainan cintanya. Yang setidaknya masih melekat dalam ingatannya saat ini.
1. Ia
mengenal lelaki yang bernama Ardi lewat seorang kawan. Pada umur dua puluh
tahun dan ia merasa sudah sangat dewasa ketika itu. Hubungannya kandas dalam
beberapa minggu. Pekerjaan benar-benar menyita waktunya hingga lelaki itu
mencari pelarian
2. Perempuan
itu patah hati lalu bertemu lelaki pemilik warnet. Mereka cukup akrab dan ia
berharap pada lelaki itu. Tetapi sebab katanya lelaki itu punya reputasi
sebagai keluarga berada, perempuan itu pergi dan tak pernah menginjakkan kaki
di warnet lagi.
3. Beberapa
waktu kemudian perkenalan dengan Kevin, lelaki berwajah oriental dan beda
keyakinan sempat membuat mereka pergi ke taman pada hari libur. Ciuman tragis
dan kebencian pada sosok lelaki membuat perempuan itu akhirnya memutuskan
mengganti seluruh nomor telepon. Ia bersyukur tak pernah menunjukkan alamat rumahnya
pada Kevin.
4. Ia
menelepon seorang pelanggan tampan. Ia membuat pria itu suka hanya melalui
telepon genggamnya. Tetapi ia bosan dan tidak menemui alasan untuk bisa
diterima oleh lelaki itu. Ia menutup cerita dengan adik dari seorang pegawai
bandara.
5. Kejadian
naas hampir terjadi jika saja ia tidak punya keberanian mendobrak pintu dan
berkilah pada lelaki bangsat yang hampir saja merenggut segalanya. Merenggut
dirinya. Ia putuskan untuk tidak mengenal lelaki sementara waktu.
6. Ia
menemukan orang baik. Pekerja toko, awalnya perempuan itu menganggap lelaki
bernama Yaya itu sebagai teman. Tetapi lelaki itu tekun memberikan perhatian
dan kebaikan. Mereka jadian. Mereka serius. Mereka saling mengenal kedua
keluarga. Mereka membuka usaha bersama. Mereka bertengkar dan perempuan merasa
dikekang. Berkali-kali lelaki itu membuatnya seperti dalam kurungan lalu lelaki
itu datang dan meminta maaf. Hubungan empat tahun kandas dan perempuan itu
sadar saat lelaki itu terbang ke ibukota.
7. Perempuan
itu benci pada dirinya sendiri. Lalu mencoba membuat lukanya pergi. Ia mencoba
bersosialisasi dengan teman pecinta buku dan ia bertemu banyak orang yang
membuatnya lupa akan luka.
8. Perempuan
itu mengenal seorang penyair. Saling mengirimi puisi singkat, mengirimi lagu
“Mari bernyanyi pagi-pagi” melalui pesan bersama. Seseorang lainnya ternyata
mengalami hal yang sama maka perempuan itu menutup cerita dan menganggap
kata-kata manis sang penyair hanya gombalan belaka. Ah janji bertemu di Riau
menjadi semacam mimpi. Perempuan itu ternyata salah dan ia harus pergi. Lelaki
itu mungkin menyelipkan perasaannya pada lembaran hati yang tak mungkin
dijalani.
9. Dihubungi
seorang lelaki bernama AL. lelaki yang bersuara merdu dan menyanyikan ia lagu
romantis. Lelaki itu tinggal jauh di luar kota. Tetapi ia terus mencoba
meyakinkan perempuan itu tanpa bertemu. Perempuan itu bosan. Sebab cinta
katanya adalah pertemuan. Ia putuskan kebenciannya hubungan jarak jauh seperti
itu.
10. Perempuan
itu mulai sedikit linglung dan mencoba bersikap manis pada siapa saja. Ia
mengenal lelaki lainnya pula dalam pesan bersama. Lelaki buku yang aneh.
Perempuan itu tidak mengatakan namanya sebab enggan karena pasti banyak yang
akan mengenal namanya. Mereka pernah berkirim pesan mesra. Lalu keduanya larut
tetapi perempuan itu sadar dan bersikap biasa saja setelahnya. Ia tahu ada
perasaan sia-sia yang pernah ia rasakan. Lelaki itu pasti menganggapnya sebuah
permainan yang menantang.
11. Perempuan
itu ditegur seorang teman di akun sosial.
Lelaki yang perawakannya berandalan tetapi menjadikan mushalla sebagai
perbaikan. Maka perempuan itu memanggilnya lelaki mushalla. Mereka bertemu
beberapa kali. Awalnya perempuan itu mulai jatuh hati tetapi ia langsung
berbalik arah ketika tahu lelaki itu bukan orang yang membuatnya bahagia.
12. Lelaki
muda memintanya menjadi pacar. Hubungan beda enam tahun itu membuat perempuan
itu seperti menemani seorang adik kecil. Lelaki yang baik. Mereka putus setelah
satu minggu jadian meskipun kini mereka tetap berkomunikasi sebagai teman.
Perempuan
itu diam. Barangkali ia lelah bercerita. Saya pun tak hendak menganggu kenangan
itu, yang hampir keseluruhan adalah
kenangan yang berakhir pilu. Tema kamisan ini membuat saya memintanya
bercerita. Jika ada kesamaan nama dan
tempat, semua hanyalah dari apa yang saya dengar. Sekarang biarkan perempuan
itu tenang dan beristirahat, biarkan ia menyudahi tulisan ini. Ia barangkali tengah
menanti seseorang yang tidak lagi bermain-main dalam cinta.***
Comments
Post a Comment