Bagi seseorang yang memiliki kemampuan dan tampilan yang memikat, tentu saja ia merasa berhak mendapatkan sesuatu atau seseorang yang baik. Namun bagi Kembang Koli, hal tersebut sungguh di luar jangkauan pikirannya.
Ia kerap
mematut diri di depan cermin dan kadang
mengeluhkan betapa ‘suburnya’ ia dengan pipi bulat bakpao dan rambut ikal
keriting. Ia yang meskipun tampak tidak peduli pada urusan percintaan,
sesungguhnya dalam hati kecilnya ia memandang Nadia dan Malika sebagai sebuah
perbandingan yang besar. Tapi tentu saja dengan sikap acuhnya itu, Koli tampak lebih beretika memandang hidup. Ia
tidak boleh iri pada teman atau pada orang yang memiliki kesempurnaan.
Koli
terhenyak, ketukan pintu kamar mandi membuat ia buru-buru merapikan baju dan
keluar dari tempat itu. Nadia melihat dengan cemberut. “Kenapa lama sekali?
Kita bisa ketinggalan nanti.”
“Maafkan
aku. Perutku sakit, makanya lama.”
“Ya
sudah. Ayo. Mas Roji dan Malika sudah mengambil tiket.”
Koli
menghembuskan napas lega. Di dalam ruang tiket bioskop, Malika berdiri bersama
seorang lelaki yang tidak ia kenal. Siapa mereka? Tanya Koli dalam hati. Sementara
Mas Roji tampak memesan popcorn di tempat berbeda.
Malika
melihat Koli dan menarik lengannya.
“Nih
kenalin teman aku, Koli. Ini Madi.”
Koli
menelan ludah. Jadi tiket berlebih itu untuk lelaki ini. Pikir Koli. Ia melihat
lelaki itu dengan jantung berdebar. Nadia segera membawa Malika membantu Mas
Roji dan membiarkan dua orang yang baru bertemu itu bicara banyak hal.
Mungkin
saja, kita sebagai pembaca juga berharap Koli menemukan seseorang itu seperti
Madi. Maka anggaplah cerita ini akan menyempurnakan keinginan Koli. Sebab bagi
para lelaki yang memiliki hati yang bening tentu saja dapat melihat cermin
kebaikan dalam diri Koli. Dan Koli selalu yakin bahwa kebaikan sekecil apapun
akan dibalas dengan kebaikan yang lebih besar.
Dan suatu
saat nanti, saat Kembang Koli akan berbagi cerita, kita dapat melihat ‘Serendipity’
dalam fase hidupnya.
Selamat
Bahagia <3
Comments
Post a Comment