Antari berhenti, menyadari untuk yang
kesekian kalinya, Han mengabaikan pelukannya dan membicarakan hal-hal di luar
mereka berdua. Mungkin dengan sedikit tak acuh, Han bisa berpikir tentang
dirinya. Tapi itu sesuatu yang sia-sia yang Antari lakukan kepada Han.
Han mengatakan bahwa ia sangat lelah
dan ingin istirahat saja di dalam kamar. Antari bisa melakukan apapun asal
tidak menganggu ibu ataupun tidak mengatakan hal-hal yang tidak benar kepada
tetangga. Perkataan yang sama dengan yang Antari dengar sebelum Han datang ke
rumah besar itu.
Han menutup pintu dan menguncinya.
Mengeluarkan flashdisk dari saku
jaket dan menyalakan komputer. Layar muncul dan ia melihat wajah-wajah
menggemaskan dari pemilik penginapan yang beberapa hari lalu ia rekam. Han
merasa penginapan itu menjerat sebelah kakinya dan membuat ia terus-terusan
mengingat Yara.
“Kamu tahu kalau suaraku juga indah?
Jangan direkam. Seseorang bisa saja jatuh cinta pada suara, loh.” Yara terkikik
saat mendapati Han meminjam dan menyalakan kamera milik Nana.
“Biar saja. Nanti aku simpan semuanya
di flashdisk,” jawab Han.
“Kau nakal, Han. Kalau suatu saat
benda itu jatuh ke tangan yang salah. Kau mau kehilangan gadis pantai itu?”
Han tidak menjawab, hanya terus
menyalakan kamera dan menahan gelisahnya akibat pertanyaan Yara. Dan kini saat
ia mengulang kejadian itu di dalam layar komputernya, Han seperti telah mempertaruhkan
harga dirinya sendiri. Di samping layar ada pajangan foto Antari dan sebuah
buku novel George Orwell yang baru
saja ia taruh, buku pemberian Yara saat ia berada di penginapan.
Han dengan kebingungan yang tidak ia
sadari tetap menyalakan komputer dan tertidur hingga dalam mimpinya yang
singkat ia kelihatan sangat tolol dan Antari marah besar dengan
perselingkuhannya hingga menenggelamkan ia ke dalam air yang dalam. Han tentu
saja bangun dengan napas terengah-engah. Ia menyeka mukanya yang terjatuh tepat
di depan komputer. Dadanya berdegup lemah dan ia langsung mencabut flashdisk tersebut dari komputernya.
Suara Antari terdengar di pintu kamar, memanggil-manggil dirinya dan mengatakan
ada telepon dari penginapan.
Han gelagapan, kalau-kalau yang
menelepon adalah Yara. Dan penginapan memang tidak menyimpan nomor handphonenya
dan hanya menyimpan nomor telepon rumah. Dengan begitu ia tergesa-gesa membuka
pintu dan tidak menyadari flashdisknya
terinjak kaki sendiri. Saat mendengar bunyi benda patah itulah ia lupa kalau
ada telepon untuknya dan asik merutuki flashdisk
yang pecah.
Comments
Post a Comment