Aku tidak tahu kenapa belakangan ini
mimpi aneh selalu datang dan membuatku terus saja memikirkannya. Aku suka
melamun dan dimarahi ibu jika tidak sigap melayani tamu kami di penginapan. Kulakukan
apa yang ibu perintahkan, bahkan aku sengaja tidak mengambil hari libur yang
biasanya kupakai untuk bersenang-senang dengan teman-temanku.
Nana sudah beberapa kali mengejutkan
aku dari lamunan dan mengatakan aku pasti tengah memikirkan Han. Aku tidak membantah
ucapannya itu, namun juga tidak
membenarkannya. Apa yang muncul dalam kepalaku adalah gabungan dari keresahan
dan kerinduanku pada hal-hal di luar rutinitas sehari-hari.
Entah kenapa aku ingin sekali menulis
sebuah surat, surat yang akan kukirimkan juga entah pada siapa. Hatiku saat itu
kacau dan aku duduk di bangku taman, kolam kecil di depan mataku tampak
berkabut dan aku membuka halaman dari buku yang kupegang.
***
“Tulislah sebuah surat untukku.”
Aku mendengar suara itu. Dalam
pikiranku aku melihatnya seperti perempuan dengan rambut panjang dan gaun putih
yang melilit tubuh rampingnya. Aku
melihatnya, benar-benar melihatnya dan ia tengah melayang di hadapanku.
“Bagaimana kau tahu kalau aku ingin
menulis surat. Lalu buat apa aku menulis kalau aku bisa mengatakannya langsung
kepadamu,” jawabku.
“Agar ia kekal dan siapapun bisa
membacanya.”
“Tapi aku tidak mau,” kilahku agar ia
menjauh. “Aku tidak kenal denganmu.”
“Terserah.”
“Kau siapa?”
“Aku adalah apa yang kau pikirkan,”
jawabnya.
Perempuan itu menghilang dan aku
terperanjat. Aku tidak tahu kalau Nana sudah berteriak di sampingku hingga aku
menjatuhkan buku. Nana tertawa dan menarik tanganku agar mengikutinya. Aku
tidak menolak dan ia membawaku ke sebuah poster yang ditempel Ibu beberapa
menit lalu.
“Jangan bilang kau tidak kenal siapa
yang ada di poster itu. Dia akan muncul di sini beberapa hari lagi. Dia artis
ibukota itu. Ah, aku harus menyiapkan banyak makanan untuknya.”
“Hei, dia bukan sapi yang bisa kau
suapi terus menerus. Lihat tubuh rampingnya itu.” Ibuku menimpali kami,
kemudian ia pergi lagi.
Aku melongo mendengar dan melihat itu semua.
Perempuan itu ternyata sosok yang datang dalam mimpiku berkali-kali. Entah apa
maksudnya. Aku baru mengenalinya karena poster ini. Benar-benar mirip dengan apa yang ia kenakan pada tubuhnya. Mungkin benar, aku akan
menyiapkan sesuatu yang berharga, sebuah tulisan yang akan ia kenang
dan dibaca semua orang termasuk kamu yang sedang menertawakan aku karena
membacanya.
Comments
Post a Comment