Yara mulai bosan dan pergi dari rumah
Tere saat sore tiba. Ia menaruh kunci dalam tasnya dan berjalan-jalan di
sekitar pertokoan. Mulanya ia ingin duduk saja menghadap ke barat dan menikmati
senja. Tapi ia teringat rencana Nana tentang olahraga di bukit dan sepatu warna
yang ia inginkan.
Maka Yara berbelok ke toko sepatu dan
menemukan sepatu yang akan ia belikan untuk Nana. Saat ia menunduk memilih
sepatu ia melihat dua kaki di ruangan sebelah. Ruang itu tertutup di bagian
atas namun ia bisa melihat kaki-kaki keduanya. Ia mendekat dan menguping
pembicaraan mereka.
“Bisakah kau tidak meninggalkan aku?”
“Aku tidak tahu.”
“Tapi kau harus mengatakan sesuatu.”
“Berhentilah mengikutiku.”
Yara mendelik kaget. Ia buru-buru
berpindah tempat saat dua pasang kaki itu bergerak keluar. Dengan sikap
kepura-puraan, Yara mengelus-elus sepatu yang akan ia beli. Tapi yang keluar
dari tempat itu ternyata adalah Han. Lelaki yang selama ini ada dalam hatinya.
Yara berteriak dan tidak peduli pada
sekelilingnya. Ia mendekati Han dan mengulurkan tangan. Perempuan bersamanya
adalah Antari, yang tetap berdiri di sana dengan wajah penuh kekesalan.
“Akhirnya. Kita bertemu seperti ini. Apa
kabarmu?” Tanya Yara tanpa malu-malu. Han membalas uluran tangan Yara dengan
pelukan. “Apa kau mendengar pembicaraan kami?” Tanya Han balik.
Yara menggeleng dan tertawa. Dilihatnya
Antari yang semakin marah. “Aku sudah selesai membeli sepatu. Sepertinya kalian
harus bicara lagi. Jika sempat datanglah ke penginapan.”
Yara melambaikan tangan pada Han dan
menunggu reaksi Antari. Ah, ia seharusnya tidak merasa kecewa lagi atas
pertemuan kali ini. Ia memandangi sepatu Antari sebelum pergi dan ia berkata
dalam hati, “Lain kali aku akan beli sepatu seperti itu.”
Comments
Post a Comment