Setelah satu menit ia terpaku menatap bungkusan plastik dalam laci mejanya, Nadia mengangkat wajah dan mendengarkan Kembang Koli bicara. “Kau membawa makanan? Aku bisa menciumnya dari mejaku.” “Oh kau ini. Apa hanya makanan saja yang bisa kau cium? Aku memang bawa makanan tapi bukan untukmu.” “Hahaha. Aku tahu itu untuk Mas Roji, bukan?” “Hush.” Nadia geram. Ia pikir perkataan Kembang Koli agak lancang. Tak seorangpun bisa memastikan perasaannya dan ikut campur dalam beberapa hal pribadi. Ia mengalihkan tatapannya pada Malika dan Mas Roji yang kembali masuk ruangan. “Sudah. Jangan minta maaf padaku.” Malika mengomentari tatapan memelas sahabatnya itu. Meskipun ia tahu Nadia tengah linglung dengan perasaannya sendiri sehingga tidak bisa memenuhi undangan kantor. Nadia sekali lagi membuka bungkusan dan berbisik pada Malika yang ada di sebelah mejanya. “Kau mau martabak telur?” Malika menoleh dan mendekat. Mulanya Malika mencoba meneliti isi bungkusan, kemudian ia ambil sa...
Penulis, Tukang gambar, Mama Kiran