Untuk yang kesekian kali, halaman
penginapan yang luas dipakai oleh salah satu tamu penginapan, sepasang
pengantin yang datang merayakan pernikahan mereka. Gadis pemilik penginapan itu
memandang ke arah jalan, tangannya tengah membersihkan bangku dan ia melihat
pohon-pohon akasia yang berdiri di sepanjang jalan meliuk-liuk saat angin
berhembus. Dan dari atas bukit, burung-burung sikatan terbang lincah dan
bertengger di dahan yang kecil.
Cuaca tentu saja cerah sore itu.
Petugas kebersihan sudah menyiapkan beberapa kantong dan pengamanan saat pesta
kembang api nanti malam. pegawai penginapan juga sudah menyiapkan makanan
tambahan jika tamu selain keluarga pengantin turut menikmati hidangan.
Gadis itu sekali lagi mendesah saat
melihat sepasang kekasih itu berpelukan mesra saat memasuki penginapan. Ia
tidak menyadari kalau Han tengah memperhatikan apa yang ia lihat. Ia terkejut
saat Han menepuk pundaknya dari belakang.
“Kau melihat apa?”
“Ng…tidak ada. Aku menyusun
kursi-kursi ini untuk pesta nanti malam.”
“Pesta besar? Aku boleh ikut ya?”
“Kau ini. Tentu saja boleh. Kami juga
punya banyak makanan. Para tamu lain juga pasti akan ikut. Kau tidak mau
membantuku?” Tanya gadis itu.
Han mencibir dan menarik ujung rambut
gadis itu.
“Yara…Yara… sudah sore begini. Kau pergilah
mandi.”
“Iya. Kau benar.” Gadis itu tertawa
dan bergegas masuk ke dalam penginapan.
***
Malamnya, lampu hiasan sudah
dinyalakan. Makanan tertata rapi di atas meja dan sepasang pengantin baru duduk
dengan mesra. Gadis itu berdiri di samping Nana, salah satu karyawan penginapan
yang bertugas menyalakan kembang api. Yara, gadis itu sengaja tidak duduk di
samping Han sebab ia kesal.
Satu jam sebelumnya, ia tidak sengaja
mendengar percakapan Han dengan seseorang melalui telepon genggam. Yara
mendengar nama Antari disebut-sebut Han.
Para tamu menikmati hidangan dan
pentas musik yang dibawa oleh keluarga pengantin itu, sementara Yara
tersenyum-senyum melihat kerlap kerlip kembang api di langit malam. setelah
takjub beberapa saat, ia menyadari Han sudah berdiri di sampingnya.
“Aku ingin bicara padamu.” Han
tersenyum. Gadis itu menelan ludah, perasaan kesalnya berangsur sirna. Ia
mengikuti Han duduk di salah satu bangku dan tetap mengamati orang-orang yang
larut dalam kebahagiaan.
“Besok aku akan ke pergi.”
Mendengar ucapan Han seperti itu,
Yara terdiam. Dadanya sesak. Ia tahu hal itu akan terjadi juga. Han bukanlah
miliknya. Yara melihat bagaimana Nana membakar kembang api lagi dan
bersinar-sinar di bola matanya.
“Antari datang ke rumah ibuku.”
“Benarkah?” Yara mendengus kesal.
“Kau harus kembali.”
“Kau tidak apa-apa?”
Yara memaksa bibirnya tersenyum.
“Aku tahu ini pasti terjadi. Tempat
ini cuma penginapan. Setiap orang bisa datang dan pergi sesuka hati. Jika kau
merindukanku, kau bakar saja kembang api yang di jual di pasaran.”
Han tertawa, ucapan Yara terdengar
lucu. Mereka menengadah dan melihat kembang api meledak secara bersamaan.
“Pengantin itu bahagia sekali ya. Aku
berharap kau dan Antari juga bisa bersama lagi dan bahagia seperti mereka.”
“Aku tidak tahu. Aku yakin akan
kembali ke tempat ini dan menikmati masakanmu atau menonton pertunjukan kembang
api Nana.”
“Kau akan membuat ibuku jantungan
kalau begitu. Tapi aku pasti akan merindukanmu, Han.”
Han menghela napas. Digenggamnya
jemari Yara dan ia berkata dengan setengah berbisik. “Aku juga pasti
merindukanmu. Berjanjilah untuk selalu ramah padaku saat aku datang. Aku akan
menyiapkan hadiah untukmu.”
“Benarkah?” setengah tak percaya,
Yara ingin menumpahkan airmatanya. Tapi ia terus memaksa bibirnya tersenyum.
Letupan kembang api masih terdengar, tetapi letupan dalam hatinya semakin
padam. Jika ia memastikan Han untuk pergi ke dalam pelukan Antari, ia akan
merelakan semuanya terjadi dengan berat hati.
Malam itu, saat pesta selesai. Tanpa
seorangpun tahu, Yara menangis di kamarnya. Han telah meledakkan hatinya selama
berminggu-minggu. Kelak jika ia bisa menyusuk kepingan hatinya kembali, ia
tidak ingin semua hanya indah dalam lima menit saja, persis seperti pijar
kembang api yang tidak abadi.
Comments
Post a Comment