Pada masa kedatangan Han ke rumah
keluarga besarnya, Antari duduk di teras. Menyaksikan sekelompok lelaki yang mengitari meja, tengah membicarakan
batu-batuan yang dibawa dari pantai oleh Antari sendiri. Sementara itu ada
Mulio, adik lelaki Han yang menyodorkan batu akik dari kotak keramatnya yang
usang.
Antari baru tiba di Kota itu setelah
menempuh lima jam perjalanan dari pesisir laut. Ia turun dari bis dan menyewa
tukang ojek yang cukup membuatnya kesal sebab terus-terusan memandang wajahnya.
Antari juga memastikan bahwa Han akan datang ketika ia sudah ada di rumah
keluarga besar lelaki yang ia cintai.
“Han dalam perjalanan. Dia bilang kau
bisa melakukan apa saja asal tidak membicarakan apapun kepada para tetangga.”
Mulio bicara seperti itu, setelah menelpon Han. Mama Han urung melanjutkan
rajutannya. Ia resah sebab kedatangan tamu seorang perempuan, tetapi meskipun
begitu, Mama terus-terusan tersenyum dan mengajak Antari bicara.
“Kau membawa keberuntungan, Antari.
Batuku laku!” Mulio cengengesan. Di pandanginya batu indah yang belum diasah
dan dilekatkannya ke salah satu cincin. “Aku minta ini boleh?” Tanya Mulio.
Belum sempat Antari menjawab. Mama
melempari Mulio dengan kain rajutannya. Mulio mengelak. “Kalau kujadikan
batu-batu ini cincin, pasti laku Mama. Aku akan membayar rajutan Mama ini.”
Antari terkikik. Ia tahu kalau Han
pernah membicarakan batu-batuan yang ia senangi. Meskipun Antari tidak mengerti
apapun, ia yakin Han pasti akan menyukai apa yang ia bawa.
***
Saat bunyi klakson terdengar di pintu
depan. Mulio bergegas membuka pintu dan tersenyum melihat Han datang. Lelaki
petualang itu memang jarang pulang. Mulio bersama Mama berdiri di pintu dan
memeluk dirinya.
“Akhirnya kau pulang. Kau sehat?”
Mama bertanya.
“Mama. Aku akan sehat-sehat saja.” Han
mengecup kening Mama dan menikung lengan Mulio. Ketika melihat jemari itu, Han
bicara dengan nada heran. “Darimana kau dapat membeli batu akik itu? Kau sudah
bekerja?”
Mulio mencibir. “Tentu saja. Lagipula
kekasihmu juga membawakan banyak batu. Hei kau tidak pernah bilang apa-apa pada
kami tentang dirinya.”
Han terkesiap. Ia lupa perihal
kedatangannya kali ini. Di abaikannya panggilan Mulio yang ingin menawari batu
akik. Han masuk ke dalam rumah dan melihat Antari tersenyum padanya. Tiba-tiba
ia merasa enggan bicara dan melihat batu-batu akik di tangan Antari. Han
benar-benar tidak tahu kenapa ia tidak bisa bahagia melihat Antari datang dan
sepenuhnya ia juga tidak bisa melupakan gadis di penginapan, itu sebabnya Han
semakin tidak ingin membicarakan apapun pada Antari.
Antari tercengang melihat sikap Han.
Ia tak sengaja menjatuhkan seluruh batuan akik di tangannya ke lantai dan
memeluk Han dari belakang.
Batu-batu itu mengelinding dan
berserakan, sementara Han diam mematung dipeluk perasaannya yang bimbang.
Tokohnya utamanya slalu han dan antari,,padahal dr sudut cerita dah berbeda,mungkin di ganti dgn nama tokoh lain bisa jd lebih menarik mbak..
ReplyDelete