Anak itu menurunkan tangannya sehingga
menyentuh dasar aquarium. Tetapi ia tidak menemukan ikan kesayangannya di
sela-sela rerumputan air. Ia angkat tangannya dan dengan mata memerah ia
melihat ibunya masuk meletakkan bungkusan.
“Ikanmu tidak akan kembali, Yud. Dia
sudah mati dan papamu yang membuangnya.”
“Tapi kenapa tidak bilang padaku dulu,
Bu? Aku ingin melihat ikan itu.”
“Sudahlah, Yud. Kau bukan anak TK lagi.
Lihat keluar sana, di kolam ada ikan baru yang dibeli papamu.”
Dengan berat hati. Anak lelaki itu
melangkah, menyusuri lantai menuju ruang belakang. Di sudut halaman, sebuah
kolam batu bercat hitam. Kolam yang baru sebulan lalu di isi air tanpa ada ikan
di dalamnya. Entah kenapa papa anak itu enggan mengisinya, barangkali sebab
anak itu terlalu sibuk dengan ikan di aquarium. Anak itu duduk berjongkok di
depan kolam.
“Papa jahat! Padahal aku lebih suka
ikan itu dari apapun.” Ucapnya setengah berbisik dan memeluk lututnya kemudian
menelungkupkan kepala di antara kedua lutut itu. Saat ia diam ia mendengar
kecipak air dari dalam kolam. Ia langsung melihat ke arah kolam dan berseru.
“Ikan! Ah ikan apa itu?” anak itu
berdiri dan melihat dengan cara mengelilingi kolam kecil itu. Ikan berwarna
cerah itu meliuk-liukkan badannya. Mata anak lelaki itu tampak berbinar melihat
tiga ekor ikan berenang. Ia berteriak-teriak memanggil ibunya.
“Bagaimana? Kau suka? Itu namanya ikan
Koi, nak. Papamu perhatian padamu. Belakangan ini kau sibuk dengan pelajaran di
sekolah. Papa memberimu ikan ini sebagai hadiah. Ikan keberuntungan!”
“Keberuntungan?” anak itu mengulang
perkataan ibunya. Ia tersenyum.
“Tapi bisakah ikan itu kumasukkan ke
dalam aquarium, Bu? Jika ikan itu ikan keberuntungan, ia akan menemani aku
belajar di kamar.”
“Yudi.” Ibunya menahan ketawa. “Keberuntungan
ada dalam dirimu sendiri. Jika kau bersungguh-sungguh kau pasti bisa meraihnya.”
“Bukannya tadi ibu bilang ikan ini ikan
keberuntungan.”
“Itu menurut sebagian orang, sayang.
Begini saja. Jika semester ini nilaimu naik. Ikan Koi bisa kau masukkan ke
dalam aquarium.”
Anak lelaki itu mengangguk. Kedua kakinya
sudah berada di dalam kolam dan ia mencoba menangkap ikan itu dengan tangannya.
Ikan itu berenang kesana kemari sehingga membuat anak itu terjatuh hingga
celananya basah.
“Pergi mandi. Ikan koi tidak suka
diganggu. Setelah itu makanlah. Ibu sudah goreng ikan kesukaanmu.”
Anak itu terdiam. “Ikan?”
“Ya. Ikan kesayanganmu itu.”
“Ibu?!”
“Tidak, nak. Ibu masak ikan salai goreng.”
Ibunya tertawa dan masuk kembali ke dalam rumah.
Sekali lagi anak lelaki itu memandangi
ikan-ikan koi sebelum masuk ke dalam rumah. Ia tidak sabar untuk mengucapkan
terima kasih pada papanya. ***
Comments
Post a Comment