Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Cerpen Kita Pernah Jatuh dalam Kesedihan yang Sama. Media Indonesia, 30 Agustus 2015

Setiap kali suasana kesedihan itu muncul, Budiman melihat perempuan bertudung biru berdiri di pintu dan bertanya, apa ada kiriman yang datang untuk seseorang bernama Mira dari seseorang bernama Santo. Budiman mendengarnya dan langsung mengobrak abrik daftar kiriman dan sebentar-sebentar mengecek ke gudang lalu muncul di hadapan perempuan itu dengan gelengan lemah tanpa rasa lelah sedikitpun. Budiman tahu itu akan membuat perempuan yang berdiri di depannya menjadi kecewa dan hal tersebut membuat Budiman semakin bersedih melihatnya. Kali ketiga kedatangan perempuan itu, membuat Budiman semakin memiliki perasaan erat akan kesedihan yang dibawa oleh perempuan bertudung biru. Budiman tidak tahu harus berkata apa selain memaksa bibirnya untuk terus tersenyum dan menyusuri bayang-bayang rambutnya dari balik tudung biru yang tipis. Tidak dihiraukannya panggilan Emilia, rekan sekerja yang duduk di sebelahnya, mengutuk-ngutuk orang-orang yang meminta pelayanan cepat di kantor pos pengiri

Sajak Cikie Wahab

Di muat di Riau Pos. 9 Agustus 2015 Pelupa Kata Ada yang kuingat dalam limbung tubuhmu Jatuh ke ceruk khayalku Sepenuh rindu yang meruap Menyesap membayangi diri sendiri Dalam waktu tertentu Kita bisa menjadi apapun Memanjang berpilah-pilah pintu Mengerut tak ingin diganggu Tak ada yang bisa menahan kita Dari rasa dahaga yang murka Sekali sentak kita lengah Segalanya jadi musnah Dan kemunculan wajah-wajah Tak ada bedanya dari masa ke masa Mencoba melupakan kata Yang pernah membusungkan dada “Jangan kau hina burukku. Di situ celah kepasrahan tiba.” “Jangan resahmu kau pinta. Ada yang kelak kehilangan jua.” Pantun tak bernama Kasih tak bertuan punya Turun ke dalam diri Belajar menjadi sepi dari pertemuan ini Sekali saja beri aku sirih Agar sumpah kehilangan perih Agar mulut tak lagi berbuih Di halaman terakhir Yang kelak kutulis takdir Tentang permainan kita Yang mengagungkan kata Lekat di segala maknanya Sungguh, bilapun ada gelak tawa Kumainkan pe