Skip to main content

Materi Praktis Menulis Cerpen

Dari berbagai sumber:


Dalam menulis sebuah cerpen, ada hal-hal yang harus dicermati yaitu unsur pembangun cerpen. Unsur pembangun cerpen mencakupi tema dan amanat, penokohan, alur, latar, pusat pengisahan/sudut pandang, dan gaya cerita (Kosasih, 2009: 392-394).
(1) Tema dan Amanat
Tema adalah inti atau ide dasar sebuah cerita. Sedangkan amanat adalah ajaran moral atau pesan dikdaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca.
(2) Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Ada dua teknik yang dapat digunakan dalam menggambarkan karakter tokoh, yaitu:
a. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
b. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:
- Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
- Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
- Penggambaran tata kebahasaan tokoh
- Pengungkapan jalan pikiran tokoh
- Penggambaran oleh tokoh lain
(3) Alur
Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
a. Pengembangan situasi cerita (expotition)
b. Pengungkapan peristiwa (complication)
c. Menuju pada adanya konflik (rising action)
d. Puncak konflik (turning point)
e. Penyelesaian (ending)
(4) Latar
Latar (setting) merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra yang meliputi keadaan tempat, waktu, dan suasana. Latar tersebut bisa bersifat faktual atau imajiner.
(5) Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Pusat pengisahan atau sudut padang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang terdiri atas:
a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan.
b. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
(6) Gaya Cerita
Gaya cerita (gaya bahasa) berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat bagi adegan yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusasaan, maupun harapan. Oleh karena itu, penulis harus menguasai kosakata yang banyak agar cerpen yang dihasilkan tidak monoton.
Dalam penulisan cerpen, disamping memperhatikan unsur pembentuk cerpen juga ada hal-hal yang harus dilakukan agar proses penulisan cerpen menjadi lebih efektif. Tahap-tahap proses penulisan tersebut menurut De Porter (2003:194) antara lain:
(1) Tahap Sebelum Menulis
Pengelompokkan (clusterring) dan menulis cepat adalah dua teknik yang digunakan pada tahap proses penulisan. Pada tahap ini, penulis hanya membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman penulis.
(2) Draft-Kasar
Pada tahap ini penulis mulai mengembangkan gagasan-gagasannya. Penulis harus memusatkan pikiran pada isi daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan.
(3) Berbagi
Tahap terakhir yaitu berbagi. Pada tahap ini penulis telah menyelesaikan tulisannya. Agar tulisan yang dihasilkan lebih baik, maka dapat berbagi hasil tulisan kepada orang lain untuk memberikan penilaian secara objektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan cerita yang mengisahkan satu peristiwa pada suatu waktu. Dalam menulis cerpen ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah unsur pembentuk cerpen dan proses kreatif (penulisan) cerpen secara efektif.


Comments

Popular posts from this blog

Kamisan #12 HIRUK ~Pindah~

Mulai pekan ini, perempuan cantik itu pindah ke kontrakan lain di kawasan Kemuning. Ia baru saja menaruh kardus berisi pakaian, kipas angin kecil dan buku-buku tulisan. Perempuan itu terbatuk-batuk saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. “Mas Roji. Aku pikir siapa.” Perempuan itu membuka pintu. Lelaki itu masuk dan mengamati seisi rumah kontrakan. “Kau yakin mau tinggal di sini? Apa sebaiknya kau tidak cari kontrakan lain?” “Kenapa mas? Aku merasa tempat ini baik-baik saja.” “Tapi daerah ini sepi.” “Aku lebih suka sepi. Di kontrakan lama terlalu hiruk suasananya, Mas. Aku tidak suka.” “Apa ini untuk menghindariku juga?” lelaki itu duduk di atas tikar kecil. Memandangi wajah perempuan yang kerap hadir dalam ingatannya. “Mas Roji. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku juga tidak mau Nadia marah. Semuanya akan gaduh dan aku menjadi penyebab ketidaknyamanan di kantor kita.” “Jadi kau merasa sebagai penyebab keributan? Hentikan pikiran konyolmu. Nadia juga sudah dewasa,

KAMISAN #4 ~HALUSINASI~ "Rasa Bersalah yang Datang Setelah Ia Jatuh Cinta"

Ketika perempuan itu kebingungan dan duduk di sebuah bangku panjang, ia menjadi sebuah kesunyian dan tidak menemukan kehidupan lain di sekitarnya. Ia berusaha membunyikan napasnya kuat-kuat agar ada yang mendengar dan bertanya padanya, di mana lelaki itu? Di mana orang yang menyatakan cinta padamu? Sekali lagi, perempuan itu memandang ke jalan. Yang tampak baginya adalah orang-orang bergerak seperti angin yang lambat. Dan ia justru mengeluarkan tangisan secara perlahan. Mereka datang dan pergi, mereka utuh membawa dirinya kembali. Perempuan itu hanyut dalam perasaannya yang suci. Namun ia membuka mata dan menemukan seseorang memeluknya. Ia menoleh dan meminta persetujuan atas apa yang terjadi bukanlah hal yang ia inginkan. Bangku panjang itu jadi terasa sangat kecil dan dingin. Dan dengan caranya yang terlihat ganjil perempuan itu berusaha tersenyum. Bagaimana ia bisa mengatakan tentang kelicikan cinta yang datang dan membuat ia berpura-pura menikmatinya. “Malika. Ada a

Kamisan #1 Session 3: ~Memeluk Hujan yang Buruk ~

Ketika ia melihat ke jendela, lamunannya berhenti tapi tetap saja ia tidak mendengar ketukan pintu berkali-kali karena suara hujan yang deras. Tapi saat teleponnya berdering, ia sadar dan bergegas menuju pintu. Membukanya dan menemukan Paul dengan ekspresi sedikit kesal. “Kenapa lama sekali? Aku kedinginan.” Paul masuk dan mengibas jaketnya. Ia menaruh benda itu di gantungan baju. Perempuan itu tidak menjawab dan hanya memandangi hujan yang jatuh lewat pintu. “Kau kenapa? Sakit?” Tanya laki-laki itu lagi. Perempuan itu menggeleng. Hujan selalu memberikan pengharapan padanya. Ia mencoba mengingat kembali hujan yang paling buruk yang pernah ia alami. Lelaki itu duduk setelah mengganti baju dan menaruh kopi panas ke atas meja. Perempuan itu masih melamun dan duduk melihat  jendela, tempias air hujan menimbulkan bayang-bayang di kaca. “Sudah sore begini. Kau mau makan apa?” Tanya Paul. Perempuan itu menggeleng. Lalu berkata lagi Paul, “Katakan sesuatu. Kenapa kau diam saja?”