Skip to main content

Kamisan #14 ~Serendipity~ Kebahagiaan Kecil


      Bagi seseorang yang memiliki kemampuan dan tampilan yang memikat, tentu saja ia merasa berhak mendapatkan sesuatu atau seseorang yang baik. Namun bagi Kembang Koli, hal tersebut sungguh di luar jangkauan pikirannya.

Ia kerap mematut diri di depan cermin  dan kadang mengeluhkan betapa ‘suburnya’ ia dengan pipi bulat bakpao dan rambut ikal keriting. Ia yang meskipun tampak tidak peduli pada urusan percintaan, sesungguhnya dalam hati kecilnya ia memandang Nadia dan Malika sebagai sebuah perbandingan yang besar. Tapi tentu saja dengan sikap acuhnya itu, Koli  tampak lebih beretika memandang hidup. Ia tidak boleh iri pada teman atau pada orang yang memiliki kesempurnaan.

Koli terhenyak, ketukan pintu kamar mandi membuat ia buru-buru merapikan baju dan keluar dari tempat itu. Nadia melihat dengan cemberut. “Kenapa lama sekali? Kita bisa ketinggalan nanti.”

“Maafkan aku. Perutku sakit, makanya lama.”

“Ya sudah. Ayo. Mas Roji dan Malika sudah mengambil tiket.”

Koli menghembuskan napas lega. Di dalam ruang tiket bioskop, Malika berdiri bersama seorang lelaki yang tidak ia kenal. Siapa mereka? Tanya Koli dalam hati. Sementara Mas Roji tampak memesan popcorn di tempat berbeda.

Malika melihat Koli dan menarik lengannya.

“Nih kenalin teman aku, Koli. Ini Madi.”

Koli menelan ludah. Jadi tiket berlebih itu untuk lelaki ini. Pikir Koli. Ia melihat lelaki itu dengan jantung berdebar. Nadia segera membawa Malika membantu Mas Roji dan membiarkan dua orang yang baru bertemu itu bicara banyak hal.

Mungkin saja, kita sebagai pembaca juga berharap Koli menemukan seseorang itu seperti Madi. Maka anggaplah cerita ini akan menyempurnakan keinginan Koli. Sebab bagi para lelaki yang memiliki hati yang bening tentu saja dapat melihat cermin kebaikan dalam diri Koli. Dan Koli selalu yakin bahwa kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan yang lebih besar.

Dan suatu saat nanti, saat Kembang Koli akan berbagi cerita, kita dapat melihat ‘Serendipity’ dalam fase hidupnya.


Selamat Bahagia <3

Comments

Popular posts from this blog

Kamisan #12 HIRUK ~Pindah~

Mulai pekan ini, perempuan cantik itu pindah ke kontrakan lain di kawasan Kemuning. Ia baru saja menaruh kardus berisi pakaian, kipas angin kecil dan buku-buku tulisan. Perempuan itu terbatuk-batuk saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. “Mas Roji. Aku pikir siapa.” Perempuan itu membuka pintu. Lelaki itu masuk dan mengamati seisi rumah kontrakan. “Kau yakin mau tinggal di sini? Apa sebaiknya kau tidak cari kontrakan lain?” “Kenapa mas? Aku merasa tempat ini baik-baik saja.” “Tapi daerah ini sepi.” “Aku lebih suka sepi. Di kontrakan lama terlalu hiruk suasananya, Mas. Aku tidak suka.” “Apa ini untuk menghindariku juga?” lelaki itu duduk di atas tikar kecil. Memandangi wajah perempuan yang kerap hadir dalam ingatannya. “Mas Roji. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku juga tidak mau Nadia marah. Semuanya akan gaduh dan aku menjadi penyebab ketidaknyamanan di kantor kita.” “Jadi kau merasa sebagai penyebab keributan? Hentikan pikiran konyolmu. Nadia juga sudah dewasa,

KAMISAN #4 ~HALUSINASI~ "Rasa Bersalah yang Datang Setelah Ia Jatuh Cinta"

Ketika perempuan itu kebingungan dan duduk di sebuah bangku panjang, ia menjadi sebuah kesunyian dan tidak menemukan kehidupan lain di sekitarnya. Ia berusaha membunyikan napasnya kuat-kuat agar ada yang mendengar dan bertanya padanya, di mana lelaki itu? Di mana orang yang menyatakan cinta padamu? Sekali lagi, perempuan itu memandang ke jalan. Yang tampak baginya adalah orang-orang bergerak seperti angin yang lambat. Dan ia justru mengeluarkan tangisan secara perlahan. Mereka datang dan pergi, mereka utuh membawa dirinya kembali. Perempuan itu hanyut dalam perasaannya yang suci. Namun ia membuka mata dan menemukan seseorang memeluknya. Ia menoleh dan meminta persetujuan atas apa yang terjadi bukanlah hal yang ia inginkan. Bangku panjang itu jadi terasa sangat kecil dan dingin. Dan dengan caranya yang terlihat ganjil perempuan itu berusaha tersenyum. Bagaimana ia bisa mengatakan tentang kelicikan cinta yang datang dan membuat ia berpura-pura menikmatinya. “Malika. Ada a

Kamisan #1 Session 3: ~Memeluk Hujan yang Buruk ~

Ketika ia melihat ke jendela, lamunannya berhenti tapi tetap saja ia tidak mendengar ketukan pintu berkali-kali karena suara hujan yang deras. Tapi saat teleponnya berdering, ia sadar dan bergegas menuju pintu. Membukanya dan menemukan Paul dengan ekspresi sedikit kesal. “Kenapa lama sekali? Aku kedinginan.” Paul masuk dan mengibas jaketnya. Ia menaruh benda itu di gantungan baju. Perempuan itu tidak menjawab dan hanya memandangi hujan yang jatuh lewat pintu. “Kau kenapa? Sakit?” Tanya laki-laki itu lagi. Perempuan itu menggeleng. Hujan selalu memberikan pengharapan padanya. Ia mencoba mengingat kembali hujan yang paling buruk yang pernah ia alami. Lelaki itu duduk setelah mengganti baju dan menaruh kopi panas ke atas meja. Perempuan itu masih melamun dan duduk melihat  jendela, tempias air hujan menimbulkan bayang-bayang di kaca. “Sudah sore begini. Kau mau makan apa?” Tanya Paul. Perempuan itu menggeleng. Lalu berkata lagi Paul, “Katakan sesuatu. Kenapa kau diam saja?”